Wednesday, March 21, 2012

✿ ܓ Nasehat Ibu Peri ✿ ܓ


Bismillah
Deru angin menerpa wajah yang lelah ini. Hujan badai tak hentinya datang. Petir pun bergemuruh, membuat jiwa yang kecil dan tubuh yang rapuh semakin takut. Ingin mencari di manakah ada tempat untuk berteduh, namun nyali terlampau mengerucut untuk melanjutkan langkah yang terhenti. Seorang diri.
Air mata mulai mengalir seenaknya. Lelah, lelah, lelah. Aku lelah. Bahkan terlalu lelah untuk menangis. Itu pikirku. Kebingungan. Memikirkan akan ke mana lagi melangkah. Memikirkan akan mampukah diri ini lepas, berlari bebas untuk menempuh lintasan sendiri. Memikirkan akan ketakutan-ketakutan berikutnya.
Tiba-tiba...
Di sana, kulihat ada bunga ajaib di tengah padang rumput yang luas. Bunga ajaib, karena berbeda dengan bunga lainnya. Bunga itu bercahaya. Menarik dan menuntun kembali langkah yang sempat terhenti tadi. Aku memberanikan diri hinggap di dalamnya. Dan, kutemukan sesuatu yang indah di dalamnya.
Cling...!
Seorang ibu peri, menyambutku dengan sangat hangat.
Membangkitkan jiwa kerdil yang sempat hanyut dalam terpuruk. Menasehati diri yang lalai. Membuat tersenyum-menangis-tersenyum-menangis-dan tersenyum kembali. Menghilangkan pikiran-pikiran bodoh sebelumnya yang mengungkung dan menolak rasa bahagia itu. Menusuk balon kegelisahan, yang sedari tadi mengembang dalam hati. Semuanya, dalam sela waktuNya yang sangat indah.   
Mengingatkanku akan kebodohanku, yang sudah terlalu lama tenggelam, dalam iming-iming harapan dan cita-cita untuk mengarungi lautan ilmuNya dengan menapakkan kaki di pulau seberang. Sudah terlalu lama membenturkan diri di dua karang yang tak juga berhasil dipecahkan. Sudah terlalu lama terlarut dalam asa akan masa depan, sampai melupakan bahwa belum tentu ada aku di hari esok.
“Berbahagialah,... Bahagia adalah hakmu...!
Sangat sia-sia bila terlaru larut dalam iming-iming hari esok, namun
tak juga merasa bahagia dan menikmati akan apa yang terjadi di hari ini.”
–Ibu Peri—
Tanpa sadar, aku tersenyum menghapus bulir-bulir di pelupuk mata. Tersenyum, kembali. Dan, tanpa terasa, hujan badai di luar sana pun telah berhenti, bergantikan pelangi yang membuatku terbang kembali keluar dari bunga ajaib itu dengan semangat baru, sambil berujar riang,
“Jazaakillahu khoiro,..! Assalaamu’alaikum...!

0 comments:

Post a Comment